Pintu besi di mulut Goa Gong, Pacitan, Jawa Timur, terbuka tanpa penjaga, Kamis (16/7). Tidak sabar rasanya ingin melihat isi goa yang diklaim sebagai goa terindah di Asia Tenggara itu.
Goa Gong terletak di Desa Bomo, Kecamatan Punung, Pacitan, sekitar 30 kilometer dari Kota Pacitan. Jika ingin menyingkat waktu, perjalanan ke goa tersebut dapat ditempuh melewati jalur utara, melalui Jalan Pacitan-Pringkuku.
Namun, jika ingin sedikit berlama-lama sambil menikmati keindahan Samudera Hindia dari atas bukit, perjalanan d`pat ditempuh melalui jalur selatan yang menuju ke arah Pantai Teleng Ria. Perjalanan dapat ditempuh selama sekitar 45 menit melalui jalan yang berkelok.
Kamis siang itu, jam menunjukkan pukul 11.30 dan cuaca di depan mulut goa cukup panas. Begitu memasuki goa, udara lembap langsung terasa dan memaksa para pengunjung mengucurkan keringat. Seperti Tri Utomo, wisatawan asal Jambi, yang langsung melepas jaketnya ketika memasuki goa.
Setelah memasuki goa lebih dalam, barulah terlihat beberapa kipas angin berukuran besar yang dipasang di beberapa sudut goa. Namun, tetap saja udara di dalam goa masih pengap.
Goa Gong yang memiliki tujuh ruang dan empat sendang itu sudah dirancang untuk dapat dimasuki siapa saja. Tidak perlu khawatir jika tidak membawa peralatan khusus. Dengan membayar tiket masuk Rp 4.000, pengunjung dapat menikmati keindahan ornamen goa sambil menyusuri jalan setapak berpagar besi sepanjang lebih kurang 300 meter. Jalan yang terbuat dari semen itu dibuat memutar sehingga pengunjung dapat mengakhiri perjalanannya di titik keberangkatan.
Menurut Sumanan, seorang pemandu wisata, ornamen tertentu di dalam goa dapat menghasilkan bunyi sehingga goa itu dinamakan Gong. Beberapa pengunjung yang penasaran pun mencoba mengetuk-ketuk stalaktit dan stalakmit dengan kepalan tangan. Namun, tidak ada suara yang keluar.
Tanpa membawa senter, ruang-ruang di dalam goa sudah cukup terang. Lampu-lampu sorot berwarna-warni yang diletakkan di berbagai sudut menerangi seluruh stalaktit dan stalakmit yang menjadi daya tarik utama goa itu. Ornamen goa yang semula berwarna putih gading atau coklat kekuningan berubah warna menjadi merah, biru, kuning, dan hijau.
"Goa Gong sudah tidak alami lagi. Bahkan, bisa dikatakan rusak. Seharusnya, ornamen goa tidak perlu disorot dengan lampu-lampu seperti itu," kata Direktur Mandira Tours and Travel Solo, Seno Hadi Prayitno. Lampu sorot yang memancarkan panas itu dapat mengurangi aliran air yang mengucur melalui stalaktit. Kelembapan alami juga semakin berkurang karena ada kipas angin.
Mulut goa juga ditempeli ornamen batuan cadas buatan yang dinilai semakin mengurangi kealamian Goa Gong . Di sebelah kanan mulut goa --masih di atas ornamen buatan-- terpasang prasasti yang mencantumkan nama dua warga Desa Bomo yang menemukan Goa Gong tahun 1924 dan delapan warga lainnya yang membuka goa itu untuk umum tahun 1995.
Bagi warga Desa Bomo, keberadaan Goa Gong menjadi berkah karena memberikan tambahan penghasilan. Sebagian besar warga di desa itu membuka warung-warung makan dan minum di sekitar goa. "Saya biasanya membuka warung kalau akhir pekan atau musim liburan. Kalau hari biasa, sepi pengunjung," kata Suparni, salah satu pemilik warung.
Namun, kios yang juga diminati para pengunjung adalah kios penjualan perhiasan dari batu hias, seperti batu akik, gelang dari batu pualam, dan batu-batu hias lainnya. Ada sekitar 25 pedagang yang sebagian besar berasal dari Desa Sukodono, Kecamatan Donorojo, Pacitan. "Harga beragam dari Rp 3.000 hingga Rp 300.000," kata salah satu penjual batu hias, Yayan.
Kota seribu goa
Goa Gong hanya salah satu potensi wisata goa di Pacitan. Masih ada goa-goa lainnya yang menarik dan menantang untuk ditelusuri, seperti Goa Tabuhan, Goa Putri, Goa Kendil, Goa Pentung, dan Goa Somopuro. Ada sekitar 11 goa yang dikelola sebagai obyek wisata di Kabupaten Pacitan .
Jika Goa Gong dan Tabuhan cocok untuk wisata keluarga, Goa Luweng Jaran dan Luweng Ombo cocok untuk para petualang dan pehobi. Kedua goa itu memiliki lorong vertikal sedalam lebih 25 meter sehingga untuk memasukinya perlu menggunakan peralatan dan keahlian khusus. Meski harus bersusah payah untuk memasuki goa, rasa lelah pengunjung terobati dengan pemandangan ornamen goa yang masih alami dan memesona.
Ada pula goa yang tertutup untuk umum, yaitu Goa Song Terus, Song Gupuh, dan Song Kebak. Beberapa ilmuwan dari luar negeri sedang mengadakan penelitian di dalam ketiga goa itu. Sri Utami, perangkat Desa Wareng, Kecamatan Punung, Pacitan, mengatakan, di Goa Song Terus yang berada di wilayahnya sering ditemukan fosil-fosil manusia purba.
Goa Song Terus yang terletak di dekat Goa Tabuhan itu ditutup rapat dengan pagar besi . Salah satu papan peringatan yang dipasang Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur mencantumkan sanksi penjara maksimal 10 tahun dan denda Rp 100 juta jika terbukti merusak, mengubah, atau mengambil batu-batuan di dalam goa.
Geopark
Kekayaan potensi wisata alam di Pacitan itu mendorong Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk terus menggarap daerah ini menjadi daerah tujuan wisata yang potensial di Indonesia . Salah satu rencana yang belum terealisasi adalah mengubah daerah karst di Pacitan menjadi geopark atau taman wisata geologi.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan rencana pembangunan geopark ini pada 2006. Dari total wilayah Pacitan seluas 1.389 kilometer persegi, seluas 91.830 hektar berupa tanah endapan zaman tua (meoson) dan 36.829 hektar merupakan batu kapur zaman tua . Namun, dari luas wilayah itu, belum jelas daerah mana saja yang akan dijadikan geopark.
"Untuk membuat geopark, perlu pengkajian yang sangat serius dan saat ini masih berlangsung," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Winarno Sudjas. Jika sudah terbangun, goa-goa yang ada di Pacitan saling terhubung menjadi satu paket wisata yang menarik. Jika lelah menelusuri goa, wisatawan memiliki pilihan untuk bersantai di 10 pantai yang ada di Pacitan.
Meski memiliki beragam potensi wisata alam yang menakjubkan, fasilitas pendukung pariwisata di Pacitan masih minim. Di Kota Pacitan hanya ada sekitar 11 hotel. Padahal, wisatawan perlu berlama-lama untuk menikmati seluruh potensi alam itu. "Kurangnya investasi menjadi penghambat. Saya sangat berharap, banyak pihak yang tertarik untuk bersama-sama membuka Pacitan sebagai tujuan wisata baru," kata Kepala dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan, M Fathony.
By : Rosa Jamilah (28)
XI IPA 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar